1. Startup

Caxe Raih Profit di Bulan Pertama Sejak Fokus Garap Solusi Keuangan Digital B2B

Bisnis B2C (CekAja dan eComparemo) telah didivestasi. Kini menjalankan bisnis B2B dengan solusi digital lending dan regtech

Populasi unbanked dan underbanked di Indonesia masih tertinggi (81%) di Asia Tenggara, menurut laporan eConomy 2022. Angka ini memperlihatkan masih sulitnya orang Indonesia mengakses produk keuangan. Menyelesaikan tantangan ini harus dari berbagai sisi, tidak hanya untuk ritel saja, perlu juga dari sisi perusahaan untuk mengadopsi solusi keuangan digital.

Perusahaan yang membutuhkan solusi keuangan jauh lebih besar dan tidak kalah pentingnya dengan ritel dalam rangka meningkatkan keuangan yang inklusif. Hanya saja bagi perusahaan prosesnya tidaklah mudah, mengingat industri ini heavily regulated, khususnya institusi keuangan.

Prospek yang sangat hijau dan sehat lantaran segmen B2B ini tidak harus pakai strategi bakar duit. Bekal hipotesis ini membuat Caxe Technologies/Caxe (rebrand dari C88 Financial Technologies) tertarik menggarap segmen B2B pada 2019.

Ditandai dengan aksi akuisisi C88 terhadap IDX Optus. CEO IDX Optus Anton Hariyanto didapuk jadi CEO Caxe Technologies, menggantikan JP Ellis, CEO C88 sebelumnya.

Caxe

IDX Optus adalah penyedia solusi bidang analitik dan manajemen informasi, termasuk analisis kognitif dan prediktif, kecerdasan buatan, machine learning, manajemen dan visualisasi data, integrasi data hingga dukungan pengambilan keputusan dan manajemen risiko kredit.

Grup perusahaan ini sudah berdiri sejak 2006 dengan dua bisnis, id/x partners dan Optus Solution. Kliennya adalah korporasi dari multi-industri, seperti perbankan, fintech, asuransi, telekomunikasi, ritel dan instansi pemerintah.

Sebagai permulaan, sebelum rebrand jadi Caxe, C88 adalah induk dari dua platform marketplace produk finansial, yakni CekAja (Indonesia) dan eComparemo (Filipina) yang sepenuhnya bermain di area B2C sejak pertama kali hadir di 2013. CekAja telah dijual ke Amalan International Pte. Ltd. Pengumuman disampaikan pada 6 April 2022. Begitupula eComparemo yang dijual oleh entitas lokal, SnapCompare Corporation.

Sebelum sepenuhnya fokus di B2B, Caxe melakukan berbagai langkah rasionalisasi, termasuk meredefinisikan strategi bisnis, mengingat pada 2020-2021 terjadi pandemi Covid-19. Keputusan yang dihasilkan adalah menjual lini B2C pada 2022 untuk mengurangi dampak ‘batuk-batuk’ selama pandemi.

Dampak ini sempat terasa dari sisi operasional Caxe karena saat itu klien mengurangi anggarannya. Kendati demikian, Anton mengatakan tim tetap bertumbuh selama kurun waktu tersebut karena bisnis terus bertumbuh.

“Caxe baru profit di 2021 karena porsi [rugi] B2C mengecil. Lalu di 2022, profit membesar setelah B2C dijual. Karena nature marketplace produk finansial ini B2C, hingga kita jual [CekAja dan eComparemo] di 2022 belum make profit,” terang CEO Caxe Technologies Anton Hariyanto kepada DailySocial.id.

Anton mengaku, dengan kekuatan IDX Optus yang hanya bermain di area B2B, mampu membawa posisi yang sehat bagi Caxe. Dengan mindset profit, perusahaan mampu menjaga topline pertumbuhan revenue yang konsisten antara 50%-70% yoy dengan nominal lebih dari $10 juta per tahunnya.

CEO Caxe Technologies Anton Hariyanto / Caxe

Jumlah kliennya disebutkan mencapai lebih dari 50 perusahaan dari industri keuangan, baik itu bank, asuransi, p2p lending, dan multifinance. “Top five dari masing-masing industri keuangan itu sudah jadi klien kita,” tambahnya.

Pertumbuhan profit dinilai sejalan dengan pertumbuhan revenue. Dengan profit yang sudah diraih ini bahkan membuat Caxe mampu menghidupi operasionalnya sendiri (self-sustain) dan berinvestasi pada pusat inovasi untuk pengembangan produk dan inovasi. Walau demikian, pihaknya tetap membutuhkan keberadaan investor strategis untuk kebutuhan sinergi bisnis.

Produk Caxe

Saat ini Caxe memiliki satu produk flagship, iDecision, yang menyasar dua solusi sekaligus: digital lending dan regtech. Produk ini menyasar institusi keuangan sebagai target utama penggunanya.

“Kita pilih area ini karena 10-20 tahun ke depannya adalah area yang akan selalu dipakai. Data, machine learning, kecerdasan buatan, otomasi, dan regulasi tidak akan mati dan selalu berkembang. Kita juga perlu inovasi agar klien bisa terus bertambah, menunjang dari growth revenue kita.”

Solusi digital lending yang dihadirkan Caxe dinilai berbeda dengan pemain fintech kebanyakan karena solusinya dari hulu ke hilir. Artinya dari proses onboarding saat pengajuan pinjaman, penilaian risiko, pinjaman disetujui, plafon yang layak, hingga penagihannya diproses lewat sistem. Solusi ini memanfaatkan otomasi, AI, ML, dan mengoptimalkan penggunaan data agar semua keputusan pinjaman terjadi secara instan dan minim intervensi dari orang.

Diklaim Caxe mampu membantu otomasi 90% alur pinjaman digital yang keputusan akhirnya diambil dari sistemnya. Durasi yang dibutuhkan hanya satu menit pinjaman diberikan setelah pengajuan dilakukan. Jutaan transaksi sukses diproses setiap bulannya.

Sebelumnya proses pengajuan kredit di industri sangat konvensional karena menggunakan kertas dan analisanya juga manual. Waktu yang dihabiskan setidaknya satu minggu. “Dengan sistem kami, institusi keuangan bisa melangkah lebih maju dari konvensional ke digital karena mereka pakai sistem untuk mengambil keputusannya.”

Adapun untuk solusi regtech adalah industri baru yang menerapkan teknologi modern, termasuk AI dan ML untuk mengatasi tantangan regulasi terutama di bidang jasa keuangan. Biasanya perusahaan yang memakai regtech ini berfokus pada pemantauan peraturan, pelaporan, dan kepatuhan di sektor keuangan, termasuk upaya mencegah pencucian uang dan penipuan.

“Di era sekarang ini ada tendensi mengarah ke fraud dan money laundering yang makin marak. Dalam rangka memenuhi compliance terhadap OJK dan PPATK kita mengembangkan ke area regtech.”

Saat Caxe akuisisi IDX Optus di 2019 / Caxe

iDecision ini dapat dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan perusahaan, termasuk maturitasnya dalam mengadopsi teknologi digital. Bisa diakses sebagai SaaS atau diinstalasi ke data center milik klien. “Kita sangat fleksibel bisa memenuhi segala jenis kebutuhan dan maturitas dari klien.”

Anton mengungkapkan, solusi regtech ini sangat diminati oleh institusi keuangan karena berkaitan erat dan memegang peranan penting bagi industri mereka. Kontribusi revenue-nya mencapai 60% dan sisanya dari solusi digital lending.

Untuk terus menjawab kebutuhan industri, Caxe terus berinovasi memanfaatkan teknologi modern. Dalam waktu dekat akan merilis solusi otomasi machine learning yang memungkinkan optimalisasi keputusan pinjaman diambil berdasarkan karakteristik peminjam, mengacu juga pada penilaian kredit yang rutin diperbarui agar risikonya selalu terjaga.

“Inovasinya akan banyak memanfaatkan AI dan ML agar pengambilan keputusannya bisa optimal. Ambil sebanyak mungkin data untuk analisa sehingga hasilnya lebih presisi.”

Sejauh ini Caxe masih beroperasi di Indonesia saja. Rencana untuk ekspansi ke Asia Tenggara akan dilakukan setidaknya tiga tahun mendatang. Secara total personil tim mencapai 250 orang.

Tips untuk founder baru

Anton menyampaikan, belajar dari pengalamannya, saat ini startup bukan lagi mengacu pada pertumbuhan revenue saja tapi aspek bagaimana bisa mencetak profit. Untuk itu, founder harus tahu bagaimana peta jalan menuju profitabilitas yang ditunjang solusi yang benar-benar dibutuhkan pasar.

“Yang saya lihat sekarang startup yang fundraising, tapi solusinya agak mengada-ada. Itu tidak sustain ke depannya. Perlu perhatikan produknya benar-benar fit di market untuk jangka panjang dan path to profitnya harus jelas. Dan sebaiknya itu masuk ke market yang cukup niche bukan red ocean yang begitu banyak pemainnya,” pungkasnya.
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again