1. DScovery

Deadweight Loss: Pengertian Sebab, Cara Menghitung dan Contohnya

Menentukan deadweight loss dapat membantumu melihat berapa banyak uang yang keluar dari perusahaanmu karena pajak baru, batas harga, atau perubahan harga dasar.

Deadweight loss menjadi istilah yang banyak digunakan dalam dunia bisnis. Ini adalah istilah yang mengacu pada situasi di mana perusahaan telah kehilangan pasar potensialnya. Kondisi ini terjadi karena konsumen tidak membeli atau menggunakan barang dan jasa yang ditawarkan oleh bisnis tersebut. Mengetahui deadweight loss memungkinkan perusahaan untuk menentukan jumlah kerugian.

Deadweight loss dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik internal maupun jaringan eksternal. Kondisi ini juga dapat terjadi pada pasar monopoli di mana produk atau jasa yang ditawarkan hanya disediakan oleh satu perusahaan.

Pada artikel ini, kami mendefinisikan apa itu deadweight loss, apa penyebabnya, bagaimana cara menghitungnya, juga contoh kasusnya.

Definisi Deadweight Loss

Deadweight loss adalah hilangnya efisiensi ekonomi baik bagi produsen maupun konsumen karena kurangnya kontak antara permintaan dan penawaran. Dengan kata lain, deadweight loss disebabkan oleh inefisiensi pasar.  Misalnya ketika permintaan dan penawaran tidak seimbang.

Secara umum, deadweight loss disebabkan oleh distorsi ekonomi seperti pendapatan produsen terlalu sedikit dan konsumen membelanjakan terlalu banyak.

Kerugian ini biasanya direpresentasikan pada kurva beban mati dalam bentuk segitiga yang disebut harberger triangle. Sebelum membahas kurva dan rumus, mari kenali dulu penyebab deadweight loss.

Penyebab Deadweight Loss

Deadweight loss memiliki beberapa penyebab ketika konsumen merasa bahwa nilai suatu barang tidak sesuai dengan biaya yang harus mereka keluarkan untuk mengkonsumsinya. Adapun, secara umum penyebab terjadinya deadweight loss, adalah sebagai berikut:

Surplus Produk

Dalam situasi tertentu, jumlah produk yang tersedia di pasar bisa sangat banyak. Padahal, permintaan pasar sudah terpenuhi. Oleh karena itu konsumen tidak lagi mencari produk tersebut, sehingga kehilangan potensi jual beli.

Defisit Produk

Sebaliknya, kemacetan dan kekurangan produk dapat menyebabkan hilangnya kesejahteraan. Kekurangan produk adalah situasi di mana ada pasokan produk yang tidak mencukupi di pasar sementara permintaan produk tinggi. Hilangkan kemungkinan jual beli di pasar, serta kelebihan produk.

Kebijakan Pajak

Pemerintah memungut berbagai jenis pajak, termasuk yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan seperti pajak penjualan dan pajak pertambahan nilai (PPN). Nominal pajak yang dibayarkan biasanya mempengaruhi harga jual barang.

Jika sistem pajak menjadi lebih tinggi atau naik, produsen juga akan menaikkan harga jual atau menetapkan harga jual yang lebih tinggi. Di satu sisi, pajak dapat mendorong pembangunan, namun pajak yang lebih tinggi juga mempengaruhi harga jual yang lebih tinggi. Akibatnya, risiko konsumen membatalkan pembelian dan kehilangan keuntungan menjadi tinggi.

Penetapan Harga Tinggi

Departemen Perdagangan menetapkan harga maksimum suatu produk di pasar yang dikenal dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).

Plafon harga dimaksudkan untuk melindungi konsumen dari penetapan harga yang sewenang-wenang oleh perusahaan. Namun, perusahaan terkadang menetapkan harga penjualan segera setelah harga tertinggi meskipun produk dapat dijual dengan harga lebih rendah.

Tidak jarang konsumen membatalkan pembelian karena menganggap harganya terlalu tinggi. Jika konsumen membatalkan transaksi karena harganya dianggap terlalu tinggi, perusahaan menjadi deadweight loss.

Penetapan Harga Pasar

Selain menetapkan harga maksimum, pemerintah juga menetapkan harga dasar. Harga dasar adalah harga terendah di mana suatu barang dapat dijual.

Penentuan harga dasar juga harus dilihat dari dua sudut. Serupa dengan menetapkan upah minimum, pemerintah ingin mencegah pekerja dibayar terlalu rendah.

Di sisi lain, banyak perusahaan membayar pekerjanya setara dengan upah minimum ketika mereka mampu membayar lebih tinggi. Akibatnya, daya beli tidak optimal.

Adanya Subsidi Pemerintah

Dalam kondisi tertentu, pemerintah mensubsidi harga jual produk. Misalnya, harga BBM disubsidi oleh pemerintah.

Ini adalah kesepakatan yang bagus untuk konsumen karena ada subsidi dari pemerintah. Sayangnya, permintaan yang muncul setelah penawaran mungkin tidak mencerminkan daya beli konsumen yang sebenarnya dan terkadang disebut sebagai permintaan palsu.

Jika subsidi untuk produk dihentikan, ada kemungkinan permintaan akan turun secara tiba-tiba. Situasi ini wajar bagi produsen.

Monopoli

Akhirnya, kehadiran monopoli pasar berisiko tinggi menyebabkan  deadweight loss. Monopoli pasar mendorong konsumen mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli barang.

Deadweight loss dalam pasar monopoli terjadi karena konsumen menganggap nilai barang dan biaya terkait tidak dapat dipertahankan dan membatalkan pembelian mereka.

Cara Menghitung Deadweight Loss

Beberapa dari Kamu mungkin bertanya-tanya bagaimana cara menghitung deadweight loss.

Untuk menghitung deadweight loss kita perlu mengetahui beberapa faktor: harga asli, harga terdistorsi, jumlah permintaan awal, jumlah permintaan setelah distorsi harga.

Di bawah ini, rumus deadweight loss yang dapat kamu jadikan acuan.

Deadweight loss = ((Pn − Po) × (Qo − Qn)) / 2

Keterangan:

Pn: Harga yang terdistorsi, seperti karena pajak, terdampak penetapan harga tertinggi, dan lain-lain.

Po: Harga asli.

Qo: Jumlah permintaan asli.

Qn: Jumlah permintaan setelah harga terdampak pajak, penetapan harga tertinggi, dan lain-lain.

Contoh Kasus Deadweight Loss

Kamu menjual rice box dengan harga Rp20.000. Karena ada kenaikan harga minyak goreng dan BBM, kamu terpaksa menghitung ulang dan menaikkan harga per porsi rice box menjadi Rp27.500.

Sebelum kenaikan harga, kamu dapat menjual sekitar 100 porsi rice box. Sementara itu, penjualan mu turun menjadi 80 porsi setelah adanya kenaikan harga. Berapa nilai kerugian yang kamu alami?

Deadweight loss = ((Pn − Po) × (Qo − Qn)) / 2

Deadweight loss = ((Rp27.500 − Rp20.000) × (100 − 80)) / 2

Deadweight loss = (Rp7.500 × 20) / 2

Deadweight loss = Rp75.000

Nah, itu adalah penjelasan tentang deadweight loss dari pengertian hingga contoh kasusnya. Semoga artikel ini dapat membantumu!

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again