Dark
Light

Microsoft Adopsi Kinect Untuk Dukung Cloud Computing

1 min read
May 8, 2018

Kinect dahulu pernah menjadi periferal kendali paling inovatif buatan Microsoft. Diperkenalkan di era Xbox 360 ketika sistem kendali gesture sedang jadi tren di ranah gaming, aksesori ini memungkinkan kita mengendalikan serta berinteraksi dengan permainan tanpa menyentuh controller. Versi barunya juga sempat dibundel bersama Xbox One dan disiapkan agar kompatibel ke PC.

Namun mungkin karena tak berhasil menarik perhatian gamer dan developer buat memanfaatkan fitur utamanya, Microsoft memutuskan untuk menghentikan produksi Kinect pada bulan Oktober 2017. Kabar ini memang menyedihkan, tetapi tidak berarti hal tersebut menandai akhir dari perjalanan Kinect. Dalam presentasi Build kemarin, CEO Satya Nadella mengungkap rencana Microsoft mengadopsi Kinect buat menunjang platform cloud computing mereka, Microsoft Azure.

Nadella menjelaskan, saat diluncurkan di 2010, Kinect merupakan perangkat kendali pertama yang mendukung input berupa perintah suara, gerakan mata serta gerakan tubuh sekaligus. Awalnya ia dirancang untuk gaming, kemudian setelah dihadirkan ke PC, pemanfaatannya meluas ke bidang medis, industri, robotik dan edukasi. Terinspirasi oleh kreasi-kreasi unik para developer itu, Microsoft terdorong untuk mengangkat teknologi Kinect ke cloud computing, sembari menopangnya dengan teknologi HoloLens.

Dalam blog LinkedIn, Alex Kipman selaku technical fellow AI perception and mixed reality di Microsoft menyampaikan bahwa Project Kinect for Azure akan membuka peluang penerapan kecerdasan buatan di dunia nyata. Dukungan AI di layanan Azure yang dipadu bersama kemampuan pengenalan di Kinect merupakan kunci dari menciptakan terobosan baru dalam proses mengumpulkan dan menganalisis data. Proses ini dikenal dengan istilah intelligent edge.

Kombinasi keduanya memungkinkan sebuah sistem mengenal identitas individu berbeda, lokasi dan benda-benda di sekitarnya. Dan bukan itu saja, Project Kinect for Azure memungkinkan pembacaan data yang lebih presisi dengan konsumsi daya lebih hemat; lalu infrastruktur yang dibutuhkan juga lebih sedikit. Tentu saja hal tersebut jadi menghemat pengeluaran ongkos buat mengimplementasikan algoritma pintar.

HoloLens sendiri punya kaitan cukup erat dengan Kinect. Untuk menghadirkan ‘hologram’ di dunia nyata, perangkat mixed reality tersebut menggunakan teknologi pelacakan kedalaman (depth-sensing) kamera Kinect generasi ketiga. Project Kinect for Azure sendiri mengusung Kinect generasi keempat. Versi ini sudah terintegrasi bersama platform cloud serta intelligent edge Microsoft.

Meski kita mungkin tidak bisa lagi menyaksikan penggunaan Kinect sebagai aksesori penunjang gaming dalam waktu dekat, setidaknya teknologi ini telah menemukan rumah baru dan tidak jadi dipensiunkan.

Via The Verge.

Mengoptimalkan perekrutan talenta untuk startup
Previous Story

Mengoptimalkan Cara Perekrutan Pegawai Startup

Co-Founder and CEO iPrice Group David Chmelař / iPrice
Next Story

iPrice Umumkan Pendanaan, Optimis Layanan Perbandingan Harga Akan Terus Dibutuhkan

Latest from Blog

Don't Miss

NTT DATA Perluas Kehadiran di Indonesia dengan Pusat Data Baru

NTT DATA Perluas Kehadiran di Indonesia dengan Pusat Data Baru

Pusat Data Jakarta 2 Annex (JKT2A) dijadwalkan rampung pada awal

Dampak AI Pada Transformasi Bisnis di Indonesia: TELKOM, BUMA, dan DANA Berbagi Pengalaman

Sadar akan potensi besar yang ada pada teknologi AI ini,