1. DScovery

4 Perbedaan Hard Selling dan Soft Selling yang Perlu Kamu Tahu

Hard selling dan soft selling, teknik marketing yang sama-sama menguntungkan untuk penjualan.

Sebagai bagian dari marketing yang gencar melakukan strategi promosi, orang-orang di bagian ini pasti kenal banget sama hard-selling dan soft-selling. Tapi, artikel ini bukan buat mereka, melainkan kamu yang belum paham betul sama kedua istiah tersebut.

Mulai dari pengertian, perbedaan, hingga contoh hard-selling dan soft-selling, aku bakal menjelaskan semuanya secara komprehensif. Tertarik? Simak terus artikel ini ya!

Apa Itu Hard-Selling?

Salah satu contoh hard selling adalah flash sale.

Hard-selling artinya metode pemasaran yang langsung, terbuka, dan menggunakan kata-kata yang dapat memicu transaksi pembelian dalam waktu singkat. Strategi penjualan dengan hard-selling seperti mendesak atau memburui konsumen agar segera membeli barang.

Kalimat-kalimat yang digunakan selalu bertujuan untuk membuat konsumen menyesal jika melewatkan penawaran tersebut. Biasanya, hard-selling ada dalam bentuk penawaran terbatas, flash sale, atau berupa kalimat “stok terbatas”, “beli sekarang”, dan sejenisnya.

Dengan bentuk yang seperti itu, hard-selling sangat jarang, bahkan seringkali tidak digunakan untuk menjaga hubungan jangka panjang dengan konsumen. Ini memang salah satu kekurangan hard-selling, namun ia tetap memiliki kelebihan di sisi penjualan yang cepat.

Apa itu Soft-Selling?

Brand association yang digunakan industri rokok sebagai bentuk soft-selling.

Soft-selling merupakan metode pemasaran yang lebih halus dan tidak agresif seperti hard-selling. Tujuan utama soft-selling adalah membuat konsumen penasaran terhadap produk, mempelajarinya lebih lanjut, hingga memutuskan melakukan pembelian.

Memang proses soft-selling lebih lama dan membutuhkan teknik persuasif yang juga tidak mudah. Selain itu, kekurangan soft-selling lainnya yaitu pembelian produk tidak secepat hard-selling. Dalam satu kali penawaran, bukan tidak mungkin tidak ada terjadi transaksi pembelian.

Akan tetapi, soft-selling juga tetap memiliki kelebihan, salah satunya dapat menjaga hubungan jangka panjang dengan konsumen. Ini karena dalam soft-selling, unsur yang dipromosikan bukan hanya kelebihan produk, melainkan juga melibatkan emosi hingga humor yang dapat menarik perhatian konsumen.

Perbedaan Hard-Selling dan Soft-Selling

Dari penjelasan definisi di atas, mungkin kamu sudah paham sedikit mengenai perbedaan hard-selling dan soft-selling. Namun, kamu perlu menyelami perbedaan antara keduanya lebih dalam lagi. Simak perbedaannya berikut ini.

Jangka waktu penjualan

Hard-selling

Sifat agresif dan kesan mendesak dalam teknik hard-selling membuat strategi pemasaran lebih mementingkan penjualan produk dibanding konsumennya. Maka dari itu, teknik hard-selling memang seringkali digunakan untuk jangka pendek saja.

Karena tidak ada effort yang dilakukan untuk memahami konsumen, maka hard-selling tidak memiliki tujuan untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan konsumen. Sekali konsumen membeli, brand tersebut tidak akan memperhatikan apakah ia akan membeli lagi di masa depan atau tidak.

Soft-selling

Sebelumnya sudah disebutkan bahwa penggunaan soft-selling ditujukan untuk penjualan jangka panjang. Ini artinya, perusahaan atau bisnis harus merumuskan strategi pemasaran yang terencana dan menyeluruh ketika mengadopsi teknik soft-selling.

Salah satu contoh teknik soft-selling adalah dengan membangun image brand yang melekat di benak masyarakat. Atau bisa juga membuat konten pemasaran di media sosial dengan pembahasan yang bisa diasosiasikan dengan produk, dan sejenisnya.

Ketertarikan konsumen

Hard-selling

Karena tujuan hard-selling tunggal, yaitu dapat menjual produk dalam waktu singkat, maka hard-selling hanya memanfaatkan ketertarikan sesaat saja dengan iming-iming. Pun begitu dengan konsumen, ia tidak akan mengeksplor produk lebih jauh setelah membeli satu produk dari hard-selling.

Misalnya, paket alat dapur dijual seharga Rp 1 juta dan mendapat bonus panci serba guna, namun memiliki  batas waktu. Nah, iming-iming ini akan memojokkan konsumen dengan pilihan membeli atau tidak, membeli dapat bonus panci serba guna atau tidak.

Soft-selling

Tujuan utama soft-selling adalah memantik rasa penasaran konsumen terhadap produk atau brand sebuah bisnis. Bisa dikatakan, dalam soft-selling, ketertarikan konsumen inilah yang menjadi bahan untuk melancarkan campaign secara terus menerus.

Dalam hasil riset Business 2 Community, pelanggan lebih tertarik membeli produk yang ditawarkan menggunakan soft-selling. Sekitar 97% dari mereka kemudian akan memberi tahu teman tentang produk tersebut, lalu 95% di antaranya menjadi pelanggan tetap.

Mengapa konsumen terlihat lebih loyal? Ini karena untuk menyiapkan strategi pemasaran yang menyeluruh, kamu harus memahami kebutuhan konsumen lebih dalam. Dengan begitu, kamu bisa menjawab kebutuhan konsumen lebih tepat.

Rangkuman perbedaan hard selling dan soft selling.

Strategi promosi

Hard-selling

Sesuai pengertiannya, promosi yang dilakukan cenderung agresif, langsung, dan terbuka. Penjualan dengan teknik hard-selling biasanya menggunakan iming-iming untuk menarik perhatian konsumen. Misalnya dengan diskon besar, bonus pembelian, harga promo, label limited edition, dan sejenisnya.

Soft-selling

Berkebalikan dengan hard-selling, produk yang dijual dengan teknik soft-selling akan lebih halus dan persuasif. Misalnya, salesperson memberikan sample produk sambal menjelaskan kelebihan produk. Atau bisa juga dengan menguatkan brand, memaksimalkan content marketing, dan sebagainya.

Bidang industri yang menggunakannya

Hard-selling

Karena sifatnya yang langsung dan fixed, hard-selling seringkali digunakan oleh bidang industri tertentu. Misalnya seperti asuransi, perbankan, penjualan mobil, telemarketing, perbankan, dan sejenisnya. Tak menutup kemungkinan juga industri-industri tersebut mengadopsi soft-selling untuk strategi pemasaran.

Soft-selling

Teknik ini bisa saja digunakan industri yang kerap menggunakan hard-selling. Namun, industri tertentu cenderung mengandalkan soft-selling untuk memasarkan produk yang tidak bisa dipromosikan secara hard-selling, misalnya industri rokok, manufaktur, konsultan, perusahaan arsitek, dan semacamnya.

Demikian pembahasan hari ini yaitu mengenal hard-selling dan soft-selling mulai dari pengertian, perbedaan, hingga contohnya. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tetapi tetap bermanfaat ketika dijalankan.

Selain itu, saat ini ada berbagai ide strategi marketing kreatif untuk mempromosikan produk. Bisa jadi, sebuah perusahaan menggabungkan keduanya untuk mencapai penjualan yang maksimal.

Kamu sendiri lebih memilih teknik mana untuk memasarkan produk?

Sumber gambar header:Unsplash

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again