9 September 2015

by Yoga Wisesa

[Review] Headphone Jabra Evolve 65

Kelahiran keluarga Jabra Evolve menandai babak baru di ranah produk audio. Jajaran headphone ini dikhususkan buat kategori konsumen yang unik. Kita sudah banyak melihat varian spesialis gaming, atau headset khusus pemuas audiophile, namun Evolve diramu khusus untuk mendukung para profesional supaya bekerja lebih produktif, tanpa mengorbankan mutu suara.

Di awal tahun 2015, varian high-endEvolve 80 sempat diulas di Trenologi. Evolve 65 datang ke tangan saya 'sedikit' terlambat. Namun kita tahu headphone tidak seperti mayoritas consumer electronics. Ia merupakan salah satu investasi hiburan (atau produktif) jangka panjang, dan Anda tidak perlu menggantinya secara berkala. Aspek tersebut kembali terlihat setelah Jabra melepas update firmware, pembawa fitur Intelligent Call Transfer di model 80 dan 40.

Penampilan Evolve 65 sendiri berbeda dari tipe 80. Ia lebih mungil, lebih ringan, dirancang dengan gagasan mobile. Tapi arahan desain hanyalah satu faktor dalam menentukan kualitas headphone. Anda harus menakar performa output, fitur, konektivitas dan tentu saja, harga. Lalu kira-kira di mana Evolve 65 berada? Apakah ia layak disebut sebagai saudara kecil dari 80? Ayo simak ulasan ini.

 

Bundle & presentation

Tak jauh berbeda dari 80, Evolve 65 dibungkus packaging kardus coklat, tersembunyi dalam pouch travelling hitam. Di sana Anda akan menemukan buku setup manual, lembar-lembar garansi, kabel adaptor USB ke microUSB berwarna oranye, dan USB transceiver mungil. Untuk segera menggunakannya (secara wired), Anda cuma perlu menyambungkan headphone ke PC Windows dan biarkan driver diinstal secara otomatis.

Andai ia belum dapat mengeluarkan suara, ubah saja setting playback device di menu sound.

Design & build quality

Anda bisa melihat banyak benang merah antara Jabra Evolve 65 serta 80, dan salah satunya cukup harfiah. Di headband, dua garis merah terbentang dari kiri ke kanan pada kedua sisi. Headset ini mengusung rancangan konservatif, kedua earcup tampak identik. Saya tidak menemukan huruf R atau L yang mengindikasikan bagaimana sebaiknya Evolve 65 dikenakan. Tadinya saya kira bagian mic dan plug kabel menandai sebelah kiri (seperti headphone SteelSeries), tapi berpedoman dari Evolve 80, microphone serta tombol-tombol seharusnya berada di kuping kanan.

Meski awalnya terasa canggung, saya melihat sebuah keunggulan dari aspek fleksibilitas. Terlepas apakah Anda mengenakannya secara benar atau terbalik, microphone bisa diputar ke depan dan belakang dalam radius kira-kira 320 derajat. Lalu headband dapat dipanjangkan sesuai ukuran kepala.

Info menarik: [Review] Headphone Jabra Evolve 80

 

Switch power, Bluetooth, port MicroUSB, lampu indikator sibuk, tombol volume dan NFC berada di posisi kanan. Lampu indikator tersebut hanya menyala jika Anda sedang melakukan panggilan, tak bisa diaktifkan manual.

Evolve 65 bukanlah over-ear headphone, ia tidak merangkul seluruh telinga Anda seperti Evolve 80. Tapi walau menggantung, ia sangat nyaman, tidak menekan kuping. Cukup pas untuk para pemakai kacamata. Earpad-nya empuk, dibungkus lapisan kombinasi kulit sintetis di pinggir dan kain di tengah. Mungkin karena bobot yang relatif ringan, Jabra tidak menambatkan bantalan di bawah headband.

Hal mengganjal yang saya sangat sayangkan ialah impresi plastik pada keseluruhan body - walaupun Evolve 65 dibalut cat warna hitam dengan bumbu perak metalik dan striping jingga. Ketika diketuk, tubuh headphone terdengar kopong. Kemudian penempatan seluruh tombol dan konektivitas di sisi kanan menyebabkannya jadi timpang. Selain itu, magnet tempat mic disematkan sangat lemah. Sedikit goncangan akan melepasnya.

Microphone

Jabra membubuhkan teknologi active noise cancelling di microphone untuk menyingkirkan bunyi-bunyian eksternal seraya mendongkrak level kejernihan. Saya menjalankan dua jenis tes: VoIP via Grand Theft Auto Online serta 'free test call' di Skype. Tidak ada keluhan yang dilontarkan rekan-rekan Heist seperjuangan di GTA Online, dan di Skype suara saya terdengar sangat jelas, meski treble terasa sedikit tajam. Bunyi kipas angin berisik di belakang saya juga tidak masuk.

Connectivity

Saya ingin menunjukkan keleluasan setting Evolve 65 melalui sebuah skenario: pasangkan ia di PC via kabel, dan hubungkan headphone ke smartphone lewat Bluetooth. Dengan begini, Anda dapat mendengarkan musik sambil bekerja. Lalu sewaktu telepon genggam berdering, kita tinggal menjawabnya langsung tanpa menyentuh smartphone. Adanya fitur NFC turut memudahkan kita menyambungkan Evolve 65 ke perangkat lain. Kekurangannya? Ketiadaan jack audio 3,5mm, artinya mustahil bagi saya buat mendengarkan musik dari iPod.

Audio quality

Berhubung saya lebih banyak bekerja di kondisi ruangan sepi, indikator Busy Light tidak banyak berguna. Evolve 65 tidak mempunyai speaker active noise cancellation seperti pada Evolve 80, sehingga kualitas output headphone saya nilai sepenuhnya dari suara. Uji cobanya tidak terlalu rumit, saya gunakan headset untuk menikmati beberapa buah lagu berformat FLAC dan bemain Metal Gear Solid V.

Dalam tingkatan 'aksesori kerja', Jabra Evolve 65 terbilang memuaskan, tapi masih sangat jauh dari kriteria audiophile. Flat adalah kesan yang pertama muncul di benak saya. Sejumlah nada terdengar keruh di tes lagu wajib, Bohemian Rhapsody dari Queen. Bass juga sama sekali tidak menendang. Hal ini ternyata sama ketika saya jalankan We Will Rock You, Barracuda dari Heart, ataupun 45-nya Shinedown.

Info menarik: [Review] Headphone Gaming Sennheiser G4me One

Evolve 65 lebih bersahabat saat menyuguhkan lagu-lagu akustik non-distorsi (Nothing Else Matters masih belum disanggupinya). Untung saja kelemahannya itu tidak terlalu mencolok di Hotel California, Watch Over You (Myles Kennedy), serta beberapa lagu Adele. Namun entah mengapa, nada tinggi tersaji kurang nyaman. Tak heran jika sebagian orang akan melepas Evolve 65 seusai kerja, langsung menggantinya dengan headphone tua kesayangan.

Headset ini juga sangat pas-pasan buat menemani Anda ber-gaming. Di MGSV: The Phantom Pain, suara derap kaki kuda serta tiupan angin cukup meyakinkan. Masalahnya, tak seperti SteelSeries Siberia V2 atau Flux, Evolve 65 tidak dapat menunjukkan lokasi musuh secara akurat. Sangat menyusahkan khususnya di permainan ber-genre stealth, ataupun action serta multiplayer kompetitif pada umumnya.

TRL's verdict

Keterbatasan Evolve 65 bisa Anda kesampingkan dengan melihat untuk siapa headphone diciptakan. Sejatinya, Evolve 65 ialah aksesori pendukung produktivitas kerja. Dan dipandang dari perspektif komunikasi serta tema bisnis, device sudah menyuguhkan kemampuan di atas produk-produk kompetitor. Di lini tersebut, Jabra berhasil menyeimbangkan kenyamanan, mobilitas, fitur dan kinerja. Faktor hiburan adalah sekedar pelengkap saja.

Kabar buruknya, harga Jabra Evolve 65 berpotensi mengosongkan isi dompet Anda. Saya agak sulit merekomendasikannya ke konsumen biasa karena headphone dibanderol di harga tinggi, yaitu kisaran Rp 3 jutaan.