1. Startup

Startup Edtech "Tentorin" Mudahkan Siswa SMA Belajar Bersama Secara Daring

Mengadopsi konsep "note-sharing platform"; telah digunakan lebih dari 3.500 pelajar

Pendidikan adalah fenomena atau asasi dalam kehidupan manusia, sebab di mana ada kehidupan manusia, bagaimanapun juga ada pendidikan. Ibarat kata, pendidikan adalah hak asasi. Sama seperti hak untuk hidup, hak untuk berpendapat, hak untuk berorganisasi.

Semenjak pandemi, adopsi digital terhadap layanan edtech kian kencang. Proses belajar tidak lagi harus tatap muka secara langsung, tapi mediumnya beralih ke daring. Di tengah nilai lebih dan kurangnya, semangat pemain edtech untuk terus mendemokratisasikan pendidikan tidak kunjung pudar. "Tentorin" hadir menawarkan solusi note-sharing platform untuk siswa SMA, khususnya mereka yang sedang dalam persiapan ujian masuk universitas.

Startup ini dirintis oleh Rafsi Albar (CEO) dan Syahriza Ilmi (CTO) yang memiliki minat mendalam di dunia edukasi. Keduanya bertemu dua tahun lalu di Akademis, startup edtech yang berfokus pada persiapan masuk universitas, saat bekerja sebagai consumer researcher. Saat itu, Rafsi fokus di divisi keuangan, sementara Syahriza di produk digital.

Baik Rafsi maupun Syahriza punya berbagai pengalaman yang saling mendukung satu sama lain. Rafsi pernah bekerja sebagai Investment Analyst di Kejora Capital, Boston Consulting Group, dan Kinobi. Sedangkan Syahriza punya pengalaman sebagai Digital Finance & Business Analyst di Mitsubishi Fuso, Kalibrr, dan ASA Digital. Selain mereka berdua, Tentorin kini memiliki lima karyawan inti lainnya yang memiliki pengalaman beragam, termasuk membangun organisasi dan startup.

“Setelah kami merasa memiliki dasar yang cukup, kami membentuk tim kembali di akhir 2021 untuk berkomitmen lebih dengan membangun startup di bidang edukasi,” ujar Rafsi kepada DailySocial.id.

Sebelum menawarkan solusi note-sharing platform, sebenarnya Tentorin punya ide awal yang berbeda, tapi masih tetap dalam ranah edukasi. Namun keyakinan semakin bulat untuk pivot, setelah beberapa bulan melakukan riset pasar dan testing produk. Ia dan tim ternyata menemukan masalah yang lebih besar, yaitu kesulitan yang dihadapi para pelajar dalam mendapatkan materi pembelajaran yang cocok buat mereka.

“Sebagai contoh, banyak siswa yang merasa bahwa penjelasan dari guru saja kadang kurang untuk dapat mengerti keseluruhan materi. Setelah meriset lebih jauh, ternyata behaviour siswa Indonesia itu gemar berbagi dan belajar bersama teman karena adanya perbedaan penyampaian materi oleh guru dan teman sebayanya.”

Sumber: Tentorin

Solusi Tentorin

Sejatinya, Tentorin baru dirilis pada Maret 2022 atau sekitar tiga bulan lalu dengan produk utama berupa note-sharing platform yang dapat diakses melalui situsnya. Di sana, pelajar dapat mengakses lebih dari 500 catatan pelajar Indonesia yang mencakup materi SMA, khususnya mata pelajaran yang diujikan dalam seleksi masuk universitas, yakni UTBK-SBMPTN dan ujian mandiri.

Sejauh ini, sambungnya, platform Tentorin masih gratis untuk diakses oleh pelajar dari mana pun. Akan tetapi, untuk strategi monetisasi ke depannya, pihaknya sedang menyiapkan fitur live class, pelajar dapat membuat kelas berbayar yang difasilitasi oleh Tentorin. “Untuk mem-posting kelas di platform Tentorin, difasilitasi dari segi pembayaran, dan hal teknis lainnya, tentor (sebutan untuk siswa yang mengajar) diberikan charge.”

Proposisi tersebut menjadi diferensiasi yang paling mencolok antara Tentorin dengan pemain sejenisnya di Indonesia. Pasalnya, Tentorin tidak langsung menyediakan tenaga pengajar in-house. Justru, membangun ekosistem yang berfokus pada pelajar sebagai sumber belajar siswa antara satu sama lain.

Sumber: Tentorin

Dia kembali mencontohkan, di platform Tentorin, terdapat biodata pembuat catatan, seperti akun media sosialnya. Harapannya, Tentorin tidak hanya menyampaikan materi kepada pelajar, tapi juga melibatkan mereka secara aktif dengan memberikan apresiasi terhadap hasil karya mereka. Terlebih itu,  platform tersebut juga memungkinkan untuk mengumpulkan berbagai sumber untuk setiap materinya dengan memberikan lebih banyak opsi kepada pengguna.

“Tentorin juga memiliki Discord yang diisi oleh hampir 1.000 pelajar, setiap harinya kami mengadakan engagement dalam bentuk diskusi yang berhubungan dengan seleksi masuk universitas.”

Konsep peer-to-peer seperti Tentorin ini sebenarnya sudah diterapkan oleh startup edtech skala global, seperti Course Hero, Quizlet, dan Chegg. Masing-masing memiliki nilai lebih dan kurang. Course Hero dan Quizlet adalah platform note-sharing terbesar di dunia, mereka juga memiliki layanan seperti bantuan tugas. Sayangnya, platform tersebut tidak menjangkau pelajar di Indonesia dengan baik.

“Kami melihat ada kebutuhan besar yang tidak terpenuhi. Tentorin mengambil best practice dari para pemain global tersebut dan menyesuaikannya pada konteks dan karakteristik pelajar di Indonesia.”

Rencana berikutnya

Rafsi mengklaim, setelah dua bulan dirilis, Tentorin telah membantu lebih dari 3.500 pelajar yang bersiap menuju universitas. Tak hanya itu, tengah dalam tahap pre-revenue karena fokus mengembangkan pustaka dan basis komunitas pelajar, agar Tentorin mampu menjaring lebih banyak pelajar ke depannya.

More Coverage:

Inovasi yang dapat mengakomodasi pembelajaran peer-to-peer berikutnya akan tetap menjadi fokus perusahaan. Pada April kemarin, perusahaan baru merilis fitur pendukung, yaitu fitur koleksi. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menyimpan catatan yang ia suka dalam satu ‘binder’ di sistem Tentorin. Dengan demikian, pelajar dimudahkan mengakses catatan kapan pun mereka butuhkan.

Berikutnya, fitur live class yang sebenarnya sudah mulai diujicobakan sejak Mei kemarin. Untuk target pengguna, Tentorin akan tetap menyasar pelajar SMA. Setelahnya, berencana masuk ke pendidikan formal lainnya. “Jika semua berjalan sesuai rencana, Tentorin akan siap menyambut tahun ajaran baru 2022/2023 dengan memperkenalkan satu atau dua gebrakan baru.”

Untuk status pendanaan, sejauh ini masih berjalan secara bootstrap dengan dana tambahan yang diterima Tentorin berupa hadiah atau hibah. Hibah tersebut diterima saat menerima penghargaan sebagai runner up di Gotcha Competition yang diselenggarakan OCBC NISP Ventura dan Upturn Scale Program.

“Saat ini kami sedang menggalang pendanaan tahap awal dan berencana akan gunakan dana tersebut untuk percepat proses pembuatan produk dan mengembangkan komunitas pengguna Tentorin,” tutup Rafsi.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again